OPTIMALISASI POTENSI DESA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENUJU DESA INOVATIF
Oleh : Slamet, S.Pd., S.H.
Peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan
sumberdaya alam desa merupakan fokus pemerintah desa Tirtohargo Kecamatan
Kretek yang sebagian besar wilayah-nya berhadapan muka dengan Samudera
Indonesia. Seiring dengan visi DIY “Harmonisasi Among Tani Dagang Layar” pemerintah desa
Tirtohargo menyadari betapa strategisnya
letak geografis wilayahnya, sehingga
tergerak untuk meng-optimalkan segala potensi desa untuk mewujudkan
tujuan pembangunan. Upaya untuk memahami terhadap visi ini pun terus dilakukan.
Yuni Yanto Handoko, Carik Desa Tirtohargo, menjelaskan bahwa Among Tani Dagang Layar terdiri atas
tiga pengertian yaitu pembangunan daratan beralih ke lautan, menjadi-kan pantai
selatan sebagai halaman depan, dan mengenalkan kepada masyarakat akan budaya
perikanan. Tiga hal inilah yang akan menjadi konsentrasi pemerintah dan warga
masyarakat desa Tirtohargo untuk mengelola potensi desa guna peningkatan
pendapatan asli desa. Tentu saja usaha pengembangan ekonomi masyarakat dan
pelestarian konservasi potensi air yang dilakukan oleh Desa Tirtohargo akan
dilakukan melalui gerakan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dicanangkan Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Carik Desa yang menjabat sejak tanggal 9 Januari 2019
ini lebih lanjut menjelaskan bahwa sejarah pengelolaan wisata diawali oleh
aktivitas LSM Relung UGM bersama KP2B dan keluarga pemuda pemudi Padukuhan
Baros yang melakukan penanaman mangrove di lahan pantai yang berada wilayah Pedukuhan
Baros yang saat ini dikenal dengan Hutan Mangrove Pantai Baros. Wilayah yang
ditanami merupakan kawasan ekowisata hutan mangrove dan
wisata pantai selatan yang dibangun atas dasar inisiatif dari masyarakat
sekitar yang peduli dengan alam khususnya di daerah tepian muara sungai Opak
dan Pantai Baros. Wilayah ini sering mengalami luapan banjir saat ‘suangan
sungai’ tersumbat yang kemudian menyisakaan sampah berserakan di kawasan hutan mangrove ini. Perlahan-lahan dilakukan
penanaman pohon bakau di sekitar kawasan tersebut secara bertahap serta
pembersihan sampah yang terbawa banjir. Saat ini tanaman mangorve
yang ditanam tumbuh dengan lebat dan terbentuk hutan bakau kecil.
Atas dasar rintisan inilah Padukuhan Baros dikenal sebagai kawasan perintis
hutan bakau pada salah satu area di muara sungai Opak.
Sedang potensi air tawar telah difungsikan
sejak tahun 2017 melalui Program Nasional Penye-diaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) sebagai salah satu program yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan Bank Dunia. Sarana penyediaan air
minum di Desa Tirtohargo ini berupa sumur bor yang berada di Padukuhan Muneng
dan saat ini merupakan asset masyarakat yang dikelola oleh masyarakat sehingga
100% menjadi milik masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi 200 KK. Debit
air sumur melebihi kebutuhan dan airnya mengalir terus tanpa disedot
menggunakan pompa air. Kedepan coverage kepala keluarga pengguna air minum ini
akan diperluas dengan dukungan APBDesa.
Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif (TA-PP) P3MD
Kabupaten Bantul, ki-Slamet, setelah melakukan survei potensi dan wilayah
sebagaimana dijelaskan Carik Desa, perangkat desa dan pendamping desa Kecamatan
Kretek memandang bahwa bentang alamnya berikut potensi wisata air di Desa
Tirtohargo sangat bagus dan bernilai ekonomi tinggi bila dikembangkan. Nilai ekonomi dan nilai manfaat ini akan berlipat
apabila perencanaan sampai pengelolaannya dilakukan melalui pelibatan
warga masyarakat secara partisipatif. Letak geografis Desa Tirtohargo juga
sangat strategis karena dilalui Jalan Lintas Selatan yang menghubungkan antar
daerah di wilayah selatan Pulau Jawa. Setelah melalui beberapa kali diskusi antara
pendamping desa dengan pemerintah desa, BPD dan kelompok masyarakat dalam forum
musyawarah desa diketahui perlu suport pendampingan dari lembaga/institusi yang
berkenan mendampingi warga Desa Tirtohargo untuk mengembangkan potensi wisata. Melalui
forum musyawarah desa, harapan ini dibahas bersama perangkat desa, BPD dan
warga masyarakat. Dari berbagai institusi yang direferensikan, pilihannya ke
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (DPKM-UGM).
Pilihan ini selain didasarkan pada visi UGM sebagai Kampus Kerakyatan juga
tersedianya sumberdaya manusia yang memiliki multi keahlian sesuai yang
diharapkan.
Atas dasar itu TA-PP P3MD Bantul memfasilitasi rintisan kerjasama melalui konsultasi dan diskusi yang diawali dengan pemapar-an potensi sumberdaya alam Desa Tirtohargo yang dilaku-kan di DPKM-UGM. Untuk lebih jelas melihat potensi dan permasalahan, DPKM-UGM kemudian melakukan survei lokasi dan melakukan wawan-cara masyarakat sekitar. Survei telah dilakukan oleh Widodo Usman, SP, M.Sc. (Direktorat Pelayanan Masyarakat Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM UGM) ) dan DR. Ir. Muhammad, ST, MT (Staf pengajar Magister Kajian Pariwisata Sekolah Pasca Sarjana UGM) bersama-sama dengan perangkat desa dan pendamping desa pada bulan Juni 2019. Sejak saat itulah telah didampingi oleh DPKM-UGM yang melakukan Pendampingan Perencanaan Partisipatif mulai dari pentahapan preliminary desain (pra-rencana) secara partisipatif dalam bentuk Master Plan Rekreasi Air hingga perencanaan Detail Enginering Desain (DED) Taman Wisata Air Tirtohargo. Tujuan utamanya adalah menampung debet air yang melimpah (water storage) yang dapat dijadikan sebagai bagian dari pengembangan Ekowisata Kawasan Mangrove Baros meliputi pilar konservasi, pilar pendidikan, pilar sosial masyarakat, dan pilar ekonomi. Pilar konservasi terdiri dari kegiatan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. Pilar sosial dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat secara keseluruhan. Pilar ekonomi dilakukan melalui kegiatan pengusahaan jasa ekowisata, penjualan paket live-in, penjualan kerajinan sampah kayu laut, budidaya kepiting, dan paket taman pesisir-penghijauan. Sehingga rekreasi air di Tirtohargo dapat diharapkan sebagai bagian yang terintegrasi dengan usaha pengembangan ekowisata yang basisnya pada masyarakat yang dapat berkontribusi terhadap ketahanan lingkungan Desa tirtohargo meliputi komponen biotik, abiotik dan kultur. Inilah sentuhan pemikiran dari Dr. Ir. Muhammad. MT yang mempunyai pengalaman luas dalam pendampingan pengembangan destinasi wisata dimana-mana.
Selanjutnya pilihan model parencanaan partisipatif ini, menurut Widodo Usman dari DPKM-UGM, dilakukan tidak hanya dengan melibatkan masyarakat, akan tetapi juga menjalin ker-jasama dengan berbagai pihak, baik instansi, lembaga maupun swasta. Andil berbagai pihak diharapkan mampu menyokong mulai dari proses perencanaan partisipatif hingga pelaksana-annya pun secara partisipatif. Dari pola pendampingan ini diyakini akan mampu tumbuh kepedulian bersama terhadap lingkungan yaitu dengan mengembangkan perencanaan secara partisipatif dengan model model pengelolaanya berbasis masyarakat lokal guna untuk menciptakan sistem perlindungan alamiah yang mampu mengurangi atau menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan di desa. Lebih jauh dijelaskan bahwa proses perencanaan partisipatif masyarakat memiliki posisi yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan, karena pada dasarnya masyarakat adalah pihak yang paling mengetahui masalah dan kebutuhannya sendiri.
Sedangkan perencanaan Taman Wisata Air Tirtohargo difasilitasi
oleh DR. Ir. Muhammad, ST, MT yang prosesnya diawali dengan survei lokasi dan
potensi sumberdaya alam yang dari proses ini diketahui bahwa debit air dari
sumur PAMSIMAS sangat besar dan terbuang ke saluran irigasi yang ada di dekat
sumur ini. Konsep perencanaan yang
dikembangkan adalah mengintegrasikan
dengan seluruh potensi desa termasuk Pengelolaan Air Bersih (PAB) Pucung
dikelola berbasis masyarakat (tipe C) dengan pendekatan: lingkungan, ekonomi sosial
dan budaya. Water storage ini kedepanya sebagai wisata air yang sehat dan
bermanfaat bagi ketersediaan air untuk lingkungan terutama Desa Tirtohargo. Selain itu kandungan air tersebut layak untuk dikonsumsi untuk kebutuhan sehari
hari , hasil ini merupakan hasil dari
laboratorium Hidrologi di Fakultas Geografi UGM dan merupakan hasil pemanfaatan teknologi
dari skema pengabdian kepada masyarakat DPKM UGM pada tahun 2019.
Artinya air yang belum dimanfaatkan sangat melimpah. Pemanfaatan wisata air nantinya akan mampu menampung volume air 450 m3 sampai dengan 500 m3. Dari sisi geografis, lokasi yang akan dikembangkan sangat strategis karena hanya berjarak 100 meter dari Jalan Lintas Selatan juga hanya berjarak 600 meter dari Hutan Mangrove Baros. Dari data survei ini diketahui pilihan pengembangan potensi wisata air ini sangat menjanjikan. Dari sini akan banyak potensi desa yang dapat dikembangkan untuk mendukung wisata air dan wisata hutan mangrove ini seperti kuliner, kerajinan dan seni budaya lokal desa.
Dengan kesabarannya, Pak Muhammad bersama dengan
pendamping desa berkali-kali membuat forum diskusi di desa bersama para pemuda
desa dan kelompok peduli lingkungan untuk me-nemukan keinginan dan harapan
warga. Dalam dinamikanya Pak Muhammad sering memberikan pemahaman tentang trend
pengelolaan wisata desa sehingga destinasi wisata air ini akan selalu
berkembang karena pelibatan masyarakat setempat. Menurutnya destinasi wisata
harus dikelola dengan sentuhan inovasi tanpa batas dengan unsur kebaruan
sehingga pengunjung tidak mengalami
kejenuhan. Kerjasama dengan berbagai stakeholder perlu dirintis dan dikembang-kan
agar layanan bagi wisatawan bisa diberikan secara baik. Dari proses ini telah
menghasilkan Dokumen Masterplan Rekreasi Air Tirtohargo yang telah
di-workshop-kan bersama perangkat desa, BPD, kelompok pemuda peduli lingkungan
dan pendamping desa pada tanggal 6 Oktober 2020. Pada hari itu juga dokumen
sudah diserah-kan ke Pj. Lurah Desa Tirtohargo Bapak Bambang Hudaliyanto.
Sebagai langkah mewujudkan pengembangan wisata air ini, pada tahun 2021 telah
dianggarkan sebesar Rp. 100 juta dari pos dana desa.
TA-PP bersama pendamping desa di Kecamatan Kretek
telah berupaya mengawal pengem-bangan potensi ekonomi desa sebagaimana
perencanaannya difasilitasi oleh DPKM-UGM dan Magister
Kajian Pariwisa-ta Sekolah Pasca Sarjana UGM. Pada pelaksanaan Musyawarah
Perencana-an Pembangunan Desa (Musrenbangdesa)
Pe-nyusunan RKPDes 2021, program ini telah dipas-tikan menjadi program
prioritas sebagai bagian dari program pengem-bangan potensi desa. Menariknya didalam forum musrenbangdesa ini ada harapan seluruh
bahan material harus memanfaatkan potensi lokal seperti pasir, batu dan tenaga
kerja. Bahan bangunan yang bisa dibuat oleh warga masyarakat akan dibuat
sendiri dan tidak diperoleh dengan membeli dari luar. Hal ini diusulkan agar
dana desa bener-bener bisa memberikan manfaat maksimal bagi warga desa. Peran
pendamping desa sangat penting untuk memberikan pemahaman pentingnya pem-berdayaan,
sekaligus untuk menjaga agar kualitas pekerjaan tetap baik sekaligus pelaksanaan
Permendesa No. 17 Tahun 2019 tentang Pedoman Umum Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
Penulis adalah Tenaga Ahli Pembangunan
Partisipatif P3MD Kabupaten Bantul
terima kasih untuk pak Slamet - TA PP Kabupaten Bantul, semoga tulisannya bisa menginspirasi yg lain.
BalasHapus