Senin, 16 November 2020

TPP P3MD BANTUL FASILITASI KERJASAMA DESA TIRTOHARGO DENGAN UGM

 OPTIMALISASI POTENSI DESA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENUJU DESA INOVATIF

Oleh : Slamet, S.Pd., S.H.

 


Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya alam desa merupakan fokus pemerintah desa Tirtohargo Kecamatan Kretek yang sebagian besar wilayah-nya berhadapan muka dengan Samudera Indonesia. Seiring dengan visi DIY “Harmonisasi Among Tani Dagang Layar” pemerintah desa Tirtohargo menyadari betapa strategisnya letak geografis wilayahnya, sehingga tergerak untuk meng-optimalkan segala potensi desa untuk mewujudkan tujuan pembangunan. Upaya untuk memahami terhadap visi ini pun terus dilakukan. Yuni Yanto Handoko, Carik Desa Tirtohargo, menjelaskan bahwa Among Tani Dagang Layar terdiri atas tiga pengertian yaitu pembangunan daratan beralih ke lautan, menjadi-kan pantai selatan sebagai halaman depan, dan mengenalkan kepada masyarakat akan budaya perikanan. Tiga hal inilah yang akan menjadi konsentrasi pemerintah dan warga masyarakat desa Tirtohargo untuk mengelola potensi desa guna peningkatan pendapatan asli desa. Tentu saja usaha pengembangan ekonomi masyarakat dan pelestarian konservasi potensi air yang dilakukan oleh Desa Tirtohargo akan dilakukan melalui gerakan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dicanangkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Carik Desa yang menjabat sejak tanggal 9 Januari 2019 ini lebih lanjut menjelaskan bahwa sejarah pengelolaan wisata diawali oleh aktivitas LSM Relung UGM bersama KP2B dan keluarga pemuda pemudi Padukuhan Baros yang melakukan penanaman mangrove di lahan pantai yang berada wilayah Pedukuhan Baros yang saat ini dikenal dengan Hutan Mangrove Pantai Baros. Wilayah yang ditanami merupakan kawasan ekowisata hutan mangrove dan wisata pantai selatan yang dibangun atas dasar inisiatif dari masyarakat sekitar yang peduli dengan alam khususnya di daerah tepian muara sungai Opak dan Pantai Baros. Wilayah ini sering mengalami luapan banjir saat ‘suangan sungai’ tersumbat yang kemudian menyisakaan sampah berserakan di kawasan hutan mangrove ini. Perlahan-lahan dilakukan penanaman pohon bakau di sekitar kawasan tersebut secara bertahap serta pembersihan sampah yang terbawa banjir. Saat ini tanaman mangorve yang ditanam tumbuh dengan lebat dan terbentuk hutan bakau kecil. Atas dasar rintisan inilah Padukuhan Baros dikenal sebagai kawasan perintis hutan bakau pada salah satu area di muara sungai Opak.

Sedang potensi air tawar telah difungsikan sejak tahun 2017 melalui Program Nasional Penye-diaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) sebagai salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan Bank Dunia. Sarana penyediaan air minum di Desa Tirtohargo ini berupa sumur bor yang berada di Padukuhan Muneng dan saat ini merupakan asset masyarakat yang dikelola oleh masyarakat sehingga 100% menjadi milik masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi 200 KK. Debit air sumur melebihi kebutuhan dan airnya mengalir terus tanpa disedot menggunakan pompa air. Kedepan coverage kepala keluarga pengguna air minum ini akan diperluas dengan dukungan APBDesa.

Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif (TA-PP) P3MD Kabupaten Bantul, ki-Slamet, setelah melakukan survei potensi dan wilayah sebagaimana dijelaskan Carik Desa, perangkat desa dan pendamping desa Kecamatan Kretek memandang bahwa bentang alamnya berikut potensi wisata air di Desa Tirtohargo sangat bagus dan bernilai ekonomi tinggi bila dikembangkan. Nilai ekonomi dan nilai manfaat ini akan berlipat apabila perencanaan sampai pengelolaannya dilakukan melalui pelibatan warga masyarakat secara partisipatif. Letak geografis Desa Tirtohargo juga sangat strategis karena dilalui Jalan Lintas Selatan yang menghubungkan antar daerah di wilayah selatan Pulau Jawa. Setelah melalui beberapa kali diskusi antara pendamping desa dengan pemerintah desa, BPD dan kelompok masyarakat dalam forum musyawarah desa diketahui perlu suport pendampingan dari lembaga/institusi yang berkenan mendampingi warga Desa Tirtohargo untuk mengembangkan potensi wisata. Melalui forum musyawarah desa, harapan ini dibahas bersama perangkat desa, BPD dan warga masyarakat. Dari berbagai institusi yang direferensikan, pilihannya ke Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (DPKM-UGM). Pilihan ini selain didasarkan pada visi UGM sebagai Kampus Kerakyatan juga tersedianya sumberdaya manusia yang memiliki multi keahlian sesuai yang diharapkan.

Atas dasar itu TA-PP P3MD Bantul memfasilitasi rintisan kerjasama melalui konsultasi dan diskusi  yang diawali dengan pemapar-an potensi sumberdaya alam Desa Tirtohargo yang dilaku-kan di DPKM-UGM. Untuk lebih jelas melihat potensi dan permasalahan, DPKM-UGM kemudian melakukan survei lokasi dan melakukan wawan-cara masyarakat sekitar. Survei telah dilakukan oleh Widodo Usman, SP, M.Sc. (Direktorat Pelayanan Masyarakat  Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM UGM) ) dan DR. Ir. Muhammad, ST, MT (Staf pengajar Magister Kajian Pariwisata Sekolah  Pasca Sarjana UGM) bersama-sama dengan perangkat desa dan pendamping desa pada bulan Juni 2019. Sejak saat itulah telah didampingi oleh DPKM-UGM yang  melakukan Pendampingan Perencanaan Partisipatif  mulai  dari pentahapan preliminary desain (pra-rencana)  secara partisipatif dalam bentuk Master Plan Rekreasi Air hingga perencanaan  Detail Enginering Desain (DED) Taman Wisata Air Tirtohargo. Tujuan utamanya adalah menampung debet air yang melimpah (water storage) yang dapat dijadikan sebagai bagian dari  pengembangan Ekowisata Kawasan Mangrove Baros meliputi pilar konservasi, pilar pendidikan, pilar sosial masyarakat, dan pilar ekonomi. Pilar konservasi terdiri dari kegiatan perlindungan, pengawetan  dan pemanfaatan. Pilar sosial dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat secara keseluruhan. Pilar ekonomi dilakukan melalui kegiatan pengusahaan jasa ekowisata, penjualan paket live-in, penjualan kerajinan sampah kayu laut, budidaya kepiting, dan paket taman pesisir-penghijauan. Sehingga  rekreasi air di Tirtohargo dapat diharapkan  sebagai bagian yang terintegrasi  dengan usaha pengembangan ekowisata yang  basisnya pada masyarakat  yang dapat  berkontribusi terhadap ketahanan lingkungan Desa tirtohargo meliputi komponen biotik, abiotik dan kultur. Inilah sentuhan pemikiran dari Dr. Ir. Muhammad. MT yang mempunyai pengalaman luas dalam pendampingan pengembangan destinasi wisata dimana-mana. 


Selanjutnya  pilihan model parencanaan partisipatif ini, menurut Widodo Usman dari DPKM-UGM, dilakukan tidak hanya dengan melibatkan masyarakat, akan tetapi juga menjalin ker-jasama dengan berbagai pihak, baik instansi, lembaga maupun swasta. Andil  berbagai  pihak diharapkan mampu menyokong mulai dari proses perencanaan partisipatif hingga pelaksana-annya pun secara partisipatif. Dari pola pendampingan ini diyakini akan mampu tumbuh kepedulian bersama terhadap lingkungan yaitu dengan mengembangkan perencanaan secara partisipatif dengan model model pengelolaanya berbasis masyarakat lokal guna untuk menciptakan sistem perlindungan alamiah yang mampu mengurangi atau menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan di desa. Lebih jauh dijelaskan bahwa proses perencanaan partisipatif masyarakat memiliki posisi yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan, karena pada dasarnya masyarakat adalah pihak yang paling mengetahui masalah dan kebutuhannya sendiri.

Sedangkan perencanaan Taman Wisata Air Tirtohargo  difasilitasi oleh DR. Ir. Muhammad, ST, MT yang prosesnya diawali dengan survei lokasi dan potensi sumberdaya alam yang dari proses ini diketahui bahwa debit air dari sumur PAMSIMAS sangat besar dan terbuang ke saluran irigasi yang ada di dekat sumur ini.  Konsep perencanaan yang dikembangkan  adalah mengintegrasikan dengan seluruh potensi desa termasuk Pengelolaan Air Bersih (PAB) Pucung dikelola berbasis masyarakat (tipe C)  dengan pendekatan: lingkungan, ekonomi sosial dan budaya. Water storage ini kedepanya sebagai wisata air yang sehat dan bermanfaat bagi ketersediaan air untuk lingkungan terutama Desa Tirtohargo. Selain itu kandungan air tersebut  layak untuk dikonsumsi untuk kebutuhan sehari hari , hasil ini  merupakan hasil dari laboratorium Hidrologi di Fakultas Geografi UGM   dan merupakan hasil pemanfaatan teknologi dari skema pengabdian kepada masyarakat DPKM UGM  pada tahun 2019.


Artinya air yang belum dimanfaatkan sangat melimpah. Pemanfaatan wisata air nantinya akan mampu menampung volume air 450 m3 sampai dengan 500 m3.  Dari sisi geografis, lokasi yang akan dikembangkan sangat strategis karena hanya berjarak 100 meter dari Jalan Lintas Selatan juga hanya berjarak 600 meter dari Hutan Mangrove Baros. Dari data survei ini diketahui pilihan pengembangan potensi wisata air ini sangat menjanjikan. Dari sini akan banyak potensi desa yang dapat dikembangkan untuk mendukung wisata air dan wisata hutan mangrove ini seperti kuliner, kerajinan dan seni budaya lokal desa.

Dengan kesabarannya, Pak Muhammad bersama dengan pendamping desa berkali-kali membuat forum diskusi di desa bersama para pemuda desa dan kelompok peduli lingkungan untuk me-nemukan keinginan dan harapan warga. Dalam dinamikanya Pak Muhammad sering memberikan pemahaman tentang trend pengelolaan wisata desa sehingga destinasi wisata air ini akan selalu berkembang karena pelibatan masyarakat setempat. Menurutnya destinasi wisata harus dikelola dengan sentuhan inovasi tanpa batas dengan unsur kebaruan sehingga pengunjung tidak mengalami kejenuhan. Kerjasama dengan berbagai stakeholder perlu dirintis dan dikembang-kan agar layanan bagi wisatawan bisa diberikan secara baik. Dari proses ini telah menghasilkan Dokumen Masterplan Rekreasi Air Tirtohargo yang telah di-workshop-kan bersama perangkat desa, BPD, kelompok pemuda peduli lingkungan dan pendamping desa pada tanggal 6 Oktober 2020. Pada hari itu juga dokumen sudah diserah-kan ke Pj. Lurah Desa Tirtohargo Bapak Bambang Hudaliyanto. Sebagai langkah mewujudkan pengembangan wisata air ini, pada tahun 2021 telah dianggarkan sebesar Rp. 100 juta dari pos dana desa.

TA-PP bersama pendamping desa di Kecamatan Kretek telah berupaya mengawal pengem-bangan potensi ekonomi desa sebagaimana perencanaannya difasilitasi oleh DPKM-UGM dan Magister Kajian Pariwisa-ta Sekolah Pasca Sarjana UGM. Pada pelaksanaan Musyawarah Perencana-an Pembangunan Desa (Musrenbangdesa) Pe-nyusunan RKPDes 2021, program ini telah dipas-tikan menjadi program prioritas sebagai bagian dari program pengem-bangan potensi desa. Menariknya didalam  forum musrenbangdesa ini ada harapan seluruh bahan material harus memanfaatkan potensi lokal seperti pasir, batu dan tenaga kerja. Bahan bangunan yang bisa dibuat oleh warga masyarakat akan dibuat sendiri dan tidak diperoleh dengan membeli dari luar. Hal ini diusulkan agar dana desa bener-bener bisa memberikan manfaat maksimal bagi warga desa. Peran pendamping desa sangat penting untuk memberikan pemahaman pentingnya pem-berdayaan, sekaligus untuk menjaga agar kualitas pekerjaan tetap baik sekaligus pelaksanaan Permendesa No. 17 Tahun 2019 tentang Pedoman Umum Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Penulis adalah Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif P3MD Kabupaten Bantul

 

1 komentar:

  1. terima kasih untuk pak Slamet - TA PP Kabupaten Bantul, semoga tulisannya bisa menginspirasi yg lain.

    BalasHapus

PKTD Untuk Kegiatan Kebun Buah Desa

                   Sesuai dengan kebijakan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam penggunaan Dana Desa tahun ...