Minggu, 29 November 2020

GEDUNG BUMDes SUMBERMULYO MANDIRI UNTUK RUMAH KARANTINA COVID-19 BERSTANDAR HOTEL

 

Pada awal pandemi COVID-19 semua warga masyarakat Desa Sumbermulyo mengalami ketakutan yang luar biasa sehingga banyak melakukan pemblokiran jalan kampung dan akses jalan yang biasa dilewati warga masyarakat. Sejak saat itu penolakan warga asing dan pemudik juga menjadi pilihan warga. Pada akhir Ramadan menjelang hari raya tahun ini, gelombang pemudik yang pulang ke kampung halaman meningkat dan berpotensi terjadi penolakan. Untuk mengantisipasi terjadinya penolakan para pemudik ini, Lurah Desa Sumbermulyo telah mengeluarkan humbauan agar warga masyarakat tidak menolaknya dan sebagai solusi agar setiap dusun menyediakan rumah karantina. Atas himbauan ini kepala padukuhan kemudian mengkoordinasikan pendirian rumah karantina di16 dusun yang ada di Desa Sumbermulyo. Saat ini, seluruh dusun telah menyediakan Rumah Karantina. Kebijakan ini sebagai respon dari pengalaman adanya sejumlah warga desanya yang menolak kedatangan pemudik dimana di awal masa pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) ada sekitar 78 pemudik yang tercatat pulang ke Desa Sumbermulyo. Dari jumlah tersebut, tidak semuanya bisa langsung mulus pulang ke rumah. Ketika itu ada 10 di antaranya, mendapatkan penolakan dari warga dusun mereka berasal.

Benar prediksi awal, menjelang lebaran jumlah pemudik kian banyak jumlahnya. Saat itu Desa Sumbermulyo baru memiliki satu rumah karantina desa yaitu Gedung Saemaul yang letaknya jauh dari pemukiman penduduk dan dekat dengan Puskesmas Bambanglipuro sehingga lebih mudah pelaksanaan pemeriksaan oleh fasilitas kesehatan. Gedung ini hanya mampu menampung 20 orang dengan mempertimbangkan jaga jarak. Karenanya Pemerintah Desa juga menyiapkan 2 bangunan yang bisa difungsikan sebagai tempat karantina yaitu Gedung Serbaguna Desa Sumbermulyo dan satu rumah milik warga yang tidak ditempati oleh pemiliknya. Gedung Saemaul adalah gedung yang dibangun dengan dana bantuan dari Korea Selatan dalam program Saemaul-Undong. Program ini merupakan gerakan pembangunan yang digerakkan oleh masyarakat dengan menekankan pada semangat ketekunan, swadaya dan kerjasama. Saemaul-Undong juga dalam rangka menggelorakan semangat gotong royong yang diberkolaborasikan dalam berbagai aktivitas untuk mewujudkan Indonesia yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karto raharjo.


Gedung baru Saemaul yang arsitektur megah ini memang peruntukannya untuk BUM Desa Sumbermulyo Mandiri, namun karena kebutuhan yang mendesak fungsi ini sementara dialihkan untuk rumah karantina. Kebutuhan kantor BUMDes sementara menempati bangunan yang berada di komplek Balai Desa Sumbermulyo. Seluruh fasilitas karantina disiapkan lengkap, mulai tempat tidur, meja kursi, almari, sarana mandi dan cuci, serta fasilitas full-wifi. Kebutuhan konsumsi juga disiapkan 3 kali sehari dengan tambahan buah-buahan, makanan camilan dan kebutuhan minuman (teh dan kopi). Karena fasilitas ini, Gus Menteri Desa PDTT yang berkunjung ke Desa Sumbermulyo pada hari Sabtu, 13 Juni 2020 mengatakan rumah karantina berikut fasilitasnya yang disediakan Pemerintah Desa Sumbermulyo bak hotel berbintang 3. Memang diakui rumah karantina yang ada di setiap dusun tidak sebagus rumah karantina Saemaul, tetapi setidaknya fasilitas tempat tidur, meja kursi, kamar mandi dan cuci serta kebutuhan makanan dan gizi tambahan juga disediakan pada saat rumah karantina ada yang menghuni. Rumah atau ruang isolasi ini selaras dengan SE-Kemendes PDTT No. 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap COVID-19 dan Penegasan Padat Karya Tunai Desa. Surat edaran ini berisi agar setiap desa harus memiliki ruang isolasi menghadapi COVID-19. Dengan difasilitasi pendamping desa dan Relawan Desa melawan COVID-bersama Kepala Padukuhan, dibuatlah standar operasional prosedur penggunaan rumah karantina di setiap dusun. Secara cepat warga telah melakukan komunikasi kepada saudara dan famili yang berada di perantauan guna mengantisipasi kemungkinan mudik lebaran. Selain itu juga melakukan pendataan warga yang secara sukarela menyediakan konsumsi selama ada warga yang menghuni rumah karantina. Informasi dari warga, ada banyak perantau yang akan mudik untuk merayakan Lebaran dan ada yang mudik karena dampak pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta.

Pemerintah desa kemudian membuat surat edaran kepada seluruh warga masyarakat padukuhan yang berisi agar warga masyarakat tidak ada lagi yang menolak pemudik. Kalaupun terpaksa harus ditolak, maka harus diberikan solusi. Keluarga para pemudik wajib menginformasukan kepada Pemerintah Desa melalui Relawan Desa Melawan COVID-19 dan para pemudik wajib melakukan karantina selama 14 hari, tidak memandang pemudiknya kaya atau miskin. Jadi gedung atau ruang karantina ini ditujukan kepada para pemudik di mana rumah atau keluarga yang dituju memiliki balita, lansia, di rumah tujuan ada keluarga yang sakit seperti penyakit gula, kanker, stoke dan sakit berat lainnya. Termasuk ditolak oleh warga seperti kasus keluarga yang kini menghuni gedung isolasi. Ini dilakukan demi kehati-hatian karena kita percaya COVID-19 itu bener-bener ada dan bisa mengancam siapapun. Dengan penyediaan fasilitas ini tidak boleh ada lagi penolakan pemudik karena musuh kita bersama adalah virus, bukan pemudik.

Selain menyediakan rumah karantina sebanyak 19 tempat (3 milik desa dan 16 di setiap pedukuhan), Pemerintah Desa Sumbermulyo juga giat melakukan kampanye 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan menjaga jarak) serta PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Relawan Desa Melawan COVID-19 yang sudah ada sejak awal masa pandemi, terus dan terus melakukan kampanye ni, selain giat melakukan penyemprotan di tempat fasilitas umum. Prinsipnya adalah selama kita mengikuti aturan protokol kesehatan, maka kita semua tidak akan terserang (terinfeksi). Untuk penanganan ini, selama tahun 2020 ini Pemerintah Desa Sumbermulyo sudah mengalokasikan anggaran Rp. 203 juta untuk penanganan COVID-19, diluar alokasi untuk bantuan langsung tunai dana desa. Ini wujud keseriusan pemerintah desa untuk menjaga warga desa agar tidak terinfeksi. Anggaran ini digunakan untuk kegiatan tanggap darurat yang meliputi penyediaan rumah karantina, pengadaan sarana penyemprotan, pengadaan alat pelindung diri, penyediaan sarana cuci dan lain-lain. Dan ternyata anggaran ini belum mampu meng-cover seluruh kebutuhan warga masyarakat yang jumlahnya hampir 17 ribu jiwa. Karenanya Pemerintah Desa sumbermulyo berusaha untuk membangun jejaring dengan berbagai lembaga dan organisasi, kawan dan sahabat dan dari pihak manapun demi warga masyarakat.

Perkembangan jumlah masyarakat terinfeksi COVID-19 di akhir-akhir ini kian meningkat, bahkan DIY telah dinyatakan sebagai zona merah. Bahkan dalam 2 minggu terakhir rumah karantina (disebut juga shelter) Saemaul telah penuh dihuni warga terinfeksi yang semuanya orang tanpa gejala (OTG). Ada yang salah dengan perilaku masyarakat sehingga perkembangannya justru melonjak. Dengan alasan yang tidak masuk akal karena merasa jenuh dalam pembatasan, dan adanya pembukaan fasilitas wisata dan tempat-tempat nongkrong, masyarakat menjadi abai dengan protokol 3M. Kerumunan dan arak-arakan masa yang abai protokol kesehatan kian mudah kita temukan. Perilaku kebiasaan baru seperti yang dikampanyekan Badan Nasional Penanggulangan Bencana seolah tidak digubris. Mengapa kita tidak mau belajar mengambil hikmah dari bencana ini?. Salam sehat. ‎

(Slamet, S.Pd., SH - TAPP Kabupaten Bantul)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PKTD Untuk Kegiatan Kebun Buah Desa

                   Sesuai dengan kebijakan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam penggunaan Dana Desa tahun ...