Pada awal pandemi COVID-19 semua
warga masyarakat Desa Sumbermulyo mengalami ketakutan yang luar biasa sehingga
banyak melakukan pemblokiran jalan kampung dan akses jalan yang biasa dilewati
warga masyarakat. Sejak saat itu penolakan warga asing dan pemudik juga menjadi
pilihan warga. Pada akhir Ramadan menjelang hari raya tahun ini, gelombang
pemudik yang pulang ke kampung halaman meningkat dan berpotensi terjadi
penolakan. Untuk mengantisipasi terjadinya penolakan para pemudik ini, Lurah Desa
Sumbermulyo telah mengeluarkan humbauan agar warga masyarakat tidak menolaknya
dan sebagai solusi agar setiap dusun menyediakan rumah karantina. Atas himbauan
ini kepala padukuhan kemudian mengkoordinasikan pendirian rumah karantina di16
dusun yang ada di Desa Sumbermulyo. Saat ini, seluruh dusun telah menyediakan
Rumah Karantina. Kebijakan ini sebagai respon dari pengalaman adanya sejumlah
warga desanya yang menolak kedatangan pemudik dimana di awal masa pandemi
Corona Virus Disease (Covid-19) ada sekitar 78 pemudik yang tercatat pulang ke
Desa Sumbermulyo. Dari jumlah tersebut, tidak semuanya bisa langsung mulus
pulang ke rumah. Ketika itu ada 10 di antaranya, mendapatkan penolakan dari
warga dusun mereka berasal.
Benar prediksi awal, menjelang
lebaran jumlah pemudik kian banyak jumlahnya. Saat itu Desa Sumbermulyo baru
memiliki satu rumah karantina desa yaitu Gedung Saemaul yang letaknya jauh dari
pemukiman penduduk dan dekat dengan Puskesmas Bambanglipuro sehingga lebih mudah pelaksanaan pemeriksaan oleh fasilitas kesehatan.
Gedung ini hanya mampu menampung 20 orang dengan mempertimbangkan jaga
jarak. Karenanya Pemerintah Desa juga menyiapkan 2 bangunan yang bisa
difungsikan sebagai tempat karantina yaitu Gedung Serbaguna Desa Sumbermulyo
dan satu rumah milik warga yang tidak ditempati oleh pemiliknya. Gedung Saemaul adalah gedung yang dibangun dengan dana
bantuan dari Korea Selatan dalam program Saemaul-Undong. Program ini
merupakan gerakan pembangunan yang digerakkan oleh masyarakat dengan menekankan
pada semangat ketekunan, swadaya dan kerjasama. Saemaul-Undong juga dalam
rangka menggelorakan semangat gotong royong yang diberkolaborasikan dalam
berbagai aktivitas untuk mewujudkan Indonesia yang gemah ripah loh jinawi, tata
tentrem karto raharjo.
Gedung baru Saemaul yang arsitektur megah ini memang peruntukannya untuk BUM Desa Sumbermulyo Mandiri, namun karena kebutuhan yang mendesak fungsi ini sementara dialihkan untuk rumah karantina. Kebutuhan kantor BUMDes sementara menempati bangunan yang berada di komplek Balai Desa Sumbermulyo. Seluruh fasilitas karantina disiapkan lengkap, mulai tempat tidur, meja kursi, almari, sarana mandi dan cuci, serta fasilitas full-wifi. Kebutuhan konsumsi juga disiapkan 3 kali sehari dengan tambahan buah-buahan, makanan camilan dan kebutuhan minuman (teh dan kopi). Karena fasilitas ini, Gus Menteri Desa PDTT yang berkunjung ke Desa Sumbermulyo pada hari Sabtu, 13 Juni 2020 mengatakan rumah karantina berikut fasilitasnya yang disediakan Pemerintah Desa Sumbermulyo bak hotel berbintang 3. Memang diakui rumah karantina yang ada di setiap dusun tidak sebagus rumah karantina Saemaul, tetapi setidaknya fasilitas tempat tidur, meja kursi, kamar mandi dan cuci serta kebutuhan makanan dan gizi tambahan juga disediakan pada saat rumah karantina ada yang menghuni. Rumah atau ruang isolasi ini selaras dengan SE-Kemendes PDTT No. 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap COVID-19 dan Penegasan Padat Karya Tunai Desa. Surat edaran ini berisi agar setiap desa harus memiliki ruang isolasi menghadapi COVID-19. Dengan difasilitasi pendamping desa dan Relawan Desa melawan COVID-bersama Kepala Padukuhan, dibuatlah standar operasional prosedur penggunaan rumah karantina di setiap dusun. Secara cepat warga telah melakukan komunikasi kepada saudara dan famili yang berada di perantauan guna mengantisipasi kemungkinan mudik lebaran. Selain itu juga melakukan pendataan warga yang secara sukarela menyediakan konsumsi selama ada warga yang menghuni rumah karantina. Informasi dari warga, ada banyak perantau yang akan mudik untuk merayakan Lebaran dan ada yang mudik karena dampak pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta.
Pemerintah desa kemudian membuat
surat edaran kepada seluruh warga masyarakat padukuhan yang berisi agar warga
masyarakat tidak ada lagi yang menolak pemudik. Kalaupun terpaksa harus
ditolak, maka harus diberikan solusi. Keluarga para pemudik wajib
menginformasukan kepada Pemerintah Desa melalui Relawan Desa Melawan COVID-19
dan para pemudik wajib melakukan karantina selama 14 hari, tidak memandang
pemudiknya kaya atau miskin. Jadi gedung atau ruang karantina ini ditujukan
kepada para pemudik di mana rumah atau keluarga yang dituju memiliki balita,
lansia, di rumah tujuan ada keluarga yang sakit seperti penyakit gula, kanker,
stoke dan sakit berat lainnya. Termasuk ditolak oleh warga seperti kasus
keluarga yang kini menghuni gedung isolasi. Ini dilakukan demi kehati-hatian
karena kita percaya COVID-19 itu bener-bener ada dan bisa mengancam siapapun.
Dengan penyediaan fasilitas ini tidak boleh ada lagi penolakan pemudik karena
musuh kita bersama adalah virus, bukan pemudik.
Selain menyediakan rumah karantina
sebanyak 19 tempat (3 milik desa dan 16 di setiap pedukuhan), Pemerintah Desa
Sumbermulyo juga giat melakukan kampanye 3M (memakai masker, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir dan menjaga jarak) serta PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat). Relawan Desa Melawan COVID-19 yang sudah ada sejak awal masa
pandemi, terus dan terus melakukan kampanye ni, selain giat melakukan
penyemprotan di tempat fasilitas umum. Prinsipnya adalah selama kita mengikuti
aturan protokol kesehatan, maka kita semua tidak akan terserang (terinfeksi).
Untuk penanganan ini, selama tahun 2020 ini Pemerintah Desa Sumbermulyo sudah
mengalokasikan anggaran Rp. 203 juta untuk penanganan COVID-19, diluar alokasi
untuk bantuan langsung tunai dana desa. Ini wujud keseriusan pemerintah desa
untuk menjaga warga desa agar tidak terinfeksi. Anggaran ini digunakan untuk
kegiatan tanggap darurat yang meliputi penyediaan rumah karantina, pengadaan
sarana penyemprotan, pengadaan alat pelindung diri, penyediaan sarana cuci dan
lain-lain. Dan ternyata anggaran ini belum mampu meng-cover seluruh kebutuhan
warga masyarakat yang jumlahnya hampir 17 ribu jiwa. Karenanya Pemerintah Desa
sumbermulyo berusaha untuk membangun jejaring dengan berbagai lembaga dan
organisasi, kawan dan sahabat dan dari pihak manapun demi warga masyarakat.
Perkembangan jumlah masyarakat
terinfeksi COVID-19 di akhir-akhir ini kian meningkat, bahkan DIY telah
dinyatakan sebagai zona merah. Bahkan dalam 2 minggu terakhir rumah karantina
(disebut juga shelter) Saemaul telah penuh dihuni warga terinfeksi yang
semuanya orang tanpa gejala (OTG). Ada yang salah dengan perilaku masyarakat
sehingga perkembangannya justru melonjak. Dengan alasan yang tidak masuk akal
karena merasa jenuh dalam pembatasan, dan adanya pembukaan fasilitas wisata dan
tempat-tempat nongkrong, masyarakat menjadi abai dengan protokol 3M. Kerumunan
dan arak-arakan masa yang abai protokol kesehatan kian mudah kita temukan.
Perilaku kebiasaan baru seperti yang dikampanyekan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana seolah tidak digubris. Mengapa kita tidak mau belajar
mengambil hikmah dari bencana ini?. Salam sehat.
(Slamet, S.Pd., SH - TAPP Kabupaten Bantul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar