Desa
adalah ibu bumi, tempat kembali dan berbagi. Itulah sepenggal kalimat mantra yang menjadi prinsip Wahyudi Anggoro Hadi, Lurah Panggung harjo yang dalam
kesehariannya tidak mau lepas dari kacamata bulat dan peci hitam yang warnanya telah
memudar. Di masa pandemi, banyak gagasan yang muncul dari pemikirannya dan
telah diimplementasikan bersama masyarakat Desa Panggungharjo yang kemudian
diberi nama Panggung Tanggap COVID-19 (PTC-19). Awalnya dulu, Kang Wahyudi
demikian disapa, melakukan pendataan warga terdampak pandemi untuk mengetahui
kondisi masyarakat dan untuk menentukan langkah penanganannya. Sejumlah 6.827
warga telah melaporkan diri ke pusat pendataan PTC-19. Hasilnya, 4.650 warga
desa menyatakan sehat, 700 orang sehat bergejala non indikatif, 52 orang pelaku
perjalanan, 3 orang punya riwayat perjalanan dan atau memiliki riwayat kontak
dengan positif Covid-19 dan ada 17 orang punya riwayat perjalanan dan atau
memiliki riwayat kontak dengan positif Covid-19 disertai dengan gejala
indikatif non indikatif. Dan, 35 orang punya riwayat perjalanan dan atau
memiliki riwayat kontak dengan positif Covid-19 disertai dengan gejala
indikatif nonindikatif dan disertai dengan penyakit penyerta.
Sebagai
tindak lanjut, Badan Pelayanan Jaminan Pengaman Sosial (salah satu LKD Desa Panggungharjo) dibantu
surveilans Puskesmas Sewon II melakukan asistensi dan monitoring harian dengan
melakukan kunjungan langsung ke warga desa berstatus Orang Dalam Pengawsan (ODP),
yang beberapa di antaranya adalah pemudik yang baru saja pulang dari ibu kota.
Kunjungan langsung ini dilakukan setelah yang bersangkutan merasakan gejala
baik indikatif maupun non indikatif. Surveilans juga memberikan beberapa obat
untuk mengatasi gejala yang dikeluhkan. Monitoring dan asistensi langsung ini dilakukan
untuk menghilangkan stigmatisasi dan memberikan dukungan secara psikologis
supaya bersedia untuk melakukan karantina mandiri serta agar yang bersangkutan
berkenan melakukan monitoring kesehatan harian melalui https:// panggungharjo.desa.id/Covid secara rutin, agar
pemerintah desa dan lembaga terkait bisa melakukan asistensi harian.
Lebih
jauh Kang Wahyudi menjelaskan bahwa dalam mengelola dan menghadapi tantangan
wabah ini tentu langkah strategis yang harus dilakukan adalah membangun sistem.
Keteladanan menjadi dasarnya. Dan sistem tidak sebatas aturan, ada atmosfer
kerja yang harus dibangun. Dalam ruang itulah PTC-19 dilakukan dengan manajemen
dan logical framework sebagai dasar kerja menghadapi situasi sekarang. Sistem
lapor dan dukung menjadi dua langkah sinergis yang perlu dilakukan untuk
menangani dampak klinis maupun nonklinis (sosial, ekonomi, keamanan). Sebab
inilah saatnya bagi kita semua bersama-sama bergotong royong menyelamatkan
warga desa. Kemanusiaan kita diuji, dan pemimpin dituntut untuk mengambil
komando utama. Dengan Holopis Kuntul
Baris, Panggungharjo telah melahirkan Modul Panggung Tanggap COVID-19,
Praktik Baik Desa Panggungharjo. Modul inilah yang menjadi panduan bagi seluruh
aktivis desa menangani pandemi, dan sebagai penggagas dan Lurah Desa Kang
Wahyudi selalu tampil di garda terdepan dan siap dengan segala resikonya yang
dia sebut sebagai bukti keihlasan dan
kepasrahan.
Di
dalam modul PTC-19 ini diuraikan langkah mitigasi klinis dan nonklinis harus disusun
untuk memandu seluruh stakeholder desa bersama-sama melawan Corona secara
sistematis. Ini sebagai penuntut bahwa desa akhirnya harus menerima kondisi ini
dengan cara terus bergerak. Sebagai lini terakhir yang mewakili negara,
pemerintah desa sudah selayaknya tanggap dan sigap memberi perlindungan seluruh
warga desa, tanpa terkecuali. Tetapi semua yang demikian membutuhkan strategi
dan model pengawasan yang ketat dan terukur. Sebab kita tak tahu dari mana
virus menular dan membunuh pelan-pelan sehingga yang diperlukan kemudian adalah
ketanggapan menghadapi wabah. Rangkaian kegiatan tanggap darurat ini diberi
nama Panggung
Tanggap Covid-19 (PTC-19). Prinsip
awal yang dikembangkan, semuanya adalah masa “pengujian” seberapa berhasil dilakukan
dan seberapa besar bisa dikurangi tingkat persebaran, dan memitigasi dampaknya.
Fokus pada dampak klinis tentu saja harus diarahkan ke sana, tetapi memikirkan
dan mengatasi dampak sosial ekonomi tidak boleh kita lupakan. Warga harus
hidup, dan desa harus menopangnya serta bekerja bersama-sama warga.
Pada
satu sisi, Kang Lurah ini menjelaskan bahwa Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan
Masyarakat (KRPM) merupakan komponen penting dalam penanggulangan tanggap
darurat kesehatan masyarakat, baik secara lokal, nasional, maupun
internasional. KRPM dapat membantu mencegah infodemic (penyebaran informasi
yang salah/hoaks), membangun kepercayaan publik terhadap kesiapsiagaan dan
respon pemerintah, sehingga masyarakat dapat menerima informasi dengan baik dan
mengikuti anjuran pemerintah. Dengan demikian, hal-hal tersebut dapat
meminimalkan kesalahpahaman dan mengelola isu atau hoaks terhadap kondisi
maupun risiko kesehatan yang sedang terjadi. KRPM menggunakan strategi
melibatkan masyarakat dalam kesiapsiagaan dan respon serta mengembangkan
intervensi yang dapat diterima dan efektif untuk menghentikan penyebaran wabah
yang semakin meluas serta dapat melindungi individu dan komunitas. Di sisi
lain, upaya ini juga sangat penting untuk pengawasan, pelaporan kasus,
pelacakan kontak, perawatan orang sakit dan perawatan klinis, serta pengumpulan
dukungan masyarakat lokal untuk kebutuhan logistik dan operasional.
Data
dan informasi akan menjadi panduan penting dalam penanganan wabah ini. Peran
data menjadi sangat krusial baik dalam pencegahan, penanganan, maupun
penanggulangan dengan mengisi formulir yang disampaikan lewat Whatsapp
Bussiness. Lurah harus menjadi pemegang komando atas semua informasi dan
kendali (perintah) dalam WA Group. Data dibutuhkan untuk melihat seberapa besar
potensi sebaran Covid-19 di desa berdasarkan aktifitas warga dalam 14 hari
terakhir dan beberapa minggu kemudian. Data juga dibutuhkan untuk identifikasi
awal atas potensi dampak yang mungkin akan dialami oleh warga desa baik dampak
klinis berupa terjangkitnya warga maupun nonklinis berupa potensi hilangnya
pendapatan warga selama masa krisis ini. Di samping itu juga mendorong aktif
warga untuk mengisi formulir tersebut, lurah desa berperan mengedukasi warga
desa agar menaati perintah dari pemerintah untuk sementara waktu membatasi kegiatan
yang melibatkan orang banyak kecuali untuk alasan yang penting dan mendesak.
Pemerintah desa akan mengupayakan langkah-langkah terbaik untuk menjamin
keselamatan dan keberlangsungan hidup warganya dan itu sangat tergantung dari
kualitas data yang dihimpun dari formulir yang sudah disebarkan. Selain itu,
data ini juga dibutuhkan untuk identifikasi modal sosial yang dimiliki oleh
warga desa untuk mendorong tumbuhnya kembali budaya gotong royong guna
bersama-sama mengatasi krisis ini. Karenanya Kang Lurah ini tidak jemu menekankan
data ini sangat penting dan selalu mengintakan jangan lupa isi datamu, untuk
keberlangsungan hidupmu, keluargamu, dan masa depanmu. Dan semua masyarakat pun
terlibat menyuplai data yang akurat sehingga desa berdaulat.
Pemerintah
desa memastikan semua dukuh dan ketua RT harus masuk dalam WA group yang khusus
hanya untuk menginformasikan kondisi desa dan bukan yang lain. Termasuk tidak
menyebarkan berita informasi baik foto tulisan maupun video yang tidak terkait
dengan Desa Panggungharjo. Tiap pedukuhan juga didorong membut WAG sendiri dan
lurah desa masuk di dalamnya untuk memegang kendali terhadap
perkembangan-perkembangan yang terjadi di tiap dukuh. Maka WAG PTC-19 adalah
didedikasikan untuk mengakomodasi segala keluh kesah warga desa, harapan, atau
kerisauan. Apapun yang butuhkan, masalah apa yang dihadapi oleh warga bisa
difasilitasi desa.
Semangat
dan tulodho yang ditunjukkan Kang Wahyudi ini ternyata telah mampu menggugah
semangat warga desa. Tim data dan informasi ini telah disuport oleh ahli-ahli
IT, pengelola data dan pengolah informasi untuk memberikan informasi kepada
pemerintah desa, warga desa melalui sistem informasi desa atau web desa
bersifat kerelawanan. Tim data dan informasi day to day memantau jumlah
laporan, dan melakukan analisis terhadap data yang ada untuk bisa segera
diambil tindakan riil, baik terkait aspek klinis maupun nonklinis. Ada 3 aplikasi
dibangun PTC-19 yaitu: 1) http://bit.ly/panggungtanggapCovid-19; 2)
http://bit.ly/LaporpanggungtanggapCovid-19;
dan 3) http://bit.ly/dukungpanggungtanggapCovid-19. Mitigasi
bidang dampak ekonomi pun tak luput dari perhatian Lurah yang telah melahirkan
Kampung Mataraman yang telah mampu menghasilkan pendapatan asli desa berlipat
ini. Suatu keluarga yang berdomisili di wilayah Desa Panggungharjo dapat mengajukan
diri untuk memperoleh fasilitasi pengurangan dampak ekonomi melalui http://s.id/mitigasiekonomi atau http://bit.ly/PTC19nonklinis.
Kepedulian
dan public trust warga desa kepada Lurah dan pemerintah desa menjadi kata kunci.
Menggabungkan sistem IT untuk mempermudah pemantauan dan pendataan menjadi hal
penting. Tetapi tidak kalah penting adalah bagaimana proses mengorkestrasi
sistem tanggap darurat ini menjadi gerakan yang padu, yang memungkinkan seluruh
komponen desa terlibat di dalamnya sehingga yang dibutuhkan adalah kepemimpinan
yang kuat, yaitu kepemimpinan yang asertif, yang dapat menggelorakan
solidaritas sosial, dan dipercaya oleh warganya. Hal ini hanya dapat diperoleh
jika pemerintah desa ber sikap terbuka-termasuk perihal kondisi masyarakat yang
terpapar dan jumlah korbannya. Lurah desa mengambil kendali penuh terhadap
sistem pengendalian dan operasi di desa. Keterbukaan dan informasi menjadi
prasyarat penting untuk membangun kepercayaan dan keterlibatan warga. Sikap
saling percaya diperlukan untuk mengatasi bencana Covid-19.
Saling
percaya diperlukan baik antar masyarakat maupun dengan pemerintah desa.
Masyarakat harus percaya dengan skema kebijakan penanggulangan bencana Covid-19
pemerintah desa, dengan tetap berpikir kritis. Percaya ketika diminta untuk
tetap di rumah, bekerja di rumah, meniadakan kegiatan ramai, tidak berkerumun,
dan sebagainya untuk mencegah penyebaran virus secara masif. Tanpa kepercayaan
publik, upaya pemerintah mengatasi bencana Covid-19 akan sia-sia. Begitu juga
sebaliknya, pemerintah mesti percaya bahwa masyarakat juga tidak tinggal diam.
Masyarakat ikut membantu, baik sekadar mengikuti anjuran pemerintah, maupun
membantu mengatasi kekurangan perlengkapan dan kebutuhan yang belum mampu
dicukupi pemerintah. Misalnya kebutuhan tenaga medis, masker, hand sanitizer,
bahan makanan, dan lainnya. Pemerintah seharusnya menjaga kepercayaan ini
dengan mengoptimalkan upaya penanggulangan bencana corona. Mengutamakan kepentingan
publik dibanding kepentingan segelintir elite. Kepercayaan akan menumbuhkan
solidaritas, baik individu maupun kolektif. Solidaritas merupakan energi sosial
untuk menghadapi bencana Covid-19. Solidaritas antarwarga dapat membangun
kekuatan di tingkat masyarakat. Solidaritas politik untuk membangun kekuatan
politik dan kebijakan di tingkat negara. Dalam kondisi bencana, hilangkan sekat
penguasa dan oposisi karena solidaritas lebih penting. Untuk menjaga
kepercayaan tersebut, keterbukaan informasi menjadi kunci penting untuk
membangun keterlibatan warga dan komunitas desa untuk bersama-sama tanggap
bencana. Hal itulah yang harus dikembangkan di desa. Keterbukaan terkait jumlah
warga yang terindikasi positif, maupun masih dalam pemantauan menjadi penting.
Siapa, di mana orang mengalami gelaja juga menjadi penting untuk diinformasikan
ke publik desa. Tujuannya tentu saja agar kesiapsiagaan, kewaspadaan warga
terus meningkat dan terjaga. Pemerintah bersikap transparan mengenai informasi
wilayah dan tempat mana saja yang terdampak atau terpapar. Penting agar publik
mengetahui agar dapat segera diambil serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (mitigasi). Keterbukaan informasi bukan
hanya terkait dalam proses mitigasi klinis dan nonklinis tetapi termasuk di
dalamnya adalah untuk mengidentifikasi keperluan-keperluan penanganan dampak
klinis mapun nonklinis di desa. Gerakan dukung juga mendorong waga untuk
berpartisipasi dalam bentuk apapun, tenaga, sumbangan barang, sumbangan uang,
dan lainnya tapi di sini transparasi atau keterbukaan menjadi penting. Desa
Panggungharjo melakukan itu semua untuk membangun gerakan bersama melawan
Covid-19. Sebab tanpa itu, mengandalkan pemerintah Desa saja tidak akan cukup.
Butuh bergerak bersama, bergandengan tangan bersama.
Atas
gagasan, dedikasi dan kepemimpinannya dalam penanganan COVID-19 ini, Kang Lurah
Wahyudi Anggoro Hadi, S.Farm.Apt ini pada tanggal 25 November 2020 telah
menerima penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dalam forum Top-21 Inovasi Pelayanan Publik Penanganan
COVID-19 dari kelompok masyarakat sipil. Baginya penghargaan ini bukan untuk
dirinya tetapi untuk warga desa Panggungharjo yang dengan semangat Holobis
Kuntul Baris telah bergerak bersama untuk tetap eksis di masa pandemi ini.
Apresiasi
ini adalah wujud penghormatan negara atas keberdayaan sosial dari warga desa
Panggungharjo. Keberdayaan yang lahir dari kesadaran bahwa hanya dengan saling
menopang, saling menyediakan bahu kita dapat menyelesaikan persoalan bersama.
pandemi ini mengajarkan kepada kita semua, untuk kembali memungut nilai-nilai
yang dulu pernah kita lupakan dan tinggalkan. Kekeluargaan, kerjasama dan
musyawarah adalah nilai hidup yang saat ini harus kita rawat kembali, untuk
menjadikan desa kita sebagai tempat yang layak, patut dan bermartabat bagi
semua warga bangsa. Dia pun tak pernah berhenti mengucapkan syukur matur nuwun
Gusti, matur nuwun warga desa, matur nuwun para relawan, matur nuwun untuk
setiap jiwa yang telah merelakan waktu, tenaga dan fikiran serta untuk semua
doa doa yang senantiasa dilangitkan. Penghargaan ini adalah untuk semua warga
desa, diri ini hanyalah seonggok daging yang hadir untuk sekedar menjadi wakil,
doa-doa warga desa yang senantiasa dilangitkanlah yang pada akhirnya menjadikan
diri ini menjadi bernyawa dan bermakna. Salam sehat selalu kang wahyudi….
(Ditulis
dan disarikan oleh Slamet, S.Pd., SH.,
TA-PP P3MD Kabupaten Bantul dari wawancara kecil dengan Wahyudi Anggoro
Hadi, Lurah Panggungharjo dan dari Modul Panggung Tanggap COVID-19)